Ro.. ji.. ro.. ji.. lu.. ro.. lu.. ro.. mo.. nem.. ji.. nem...
Terdengar sayup-sayup dari sebuah ruangan, suara seseorang diiringi dengan suara benda berbunyi yang dipukul dengan piranti kayu yang sudah disesuaikan. Suara itu juga disesuaikan dengan angka-angka di papan tulis yang merepresentasikan sebuah nada.
Wah, sudah terlambat pikirku seketika. Segera kutaruh sepeda jengki di tempat parkir sepeda seperti biasanya. Namun, kali ini aku akan melakukan hal yang berbeda dari biasanya. Seketika juga aku langsung berlari untuk mengurangi waktu keterlambatan yang sudah terhitung lumayan.
"Assalamu'alaikum, nyuwun pangapunten Pak, kula telat. Kedah pripun sakniki?" (translate : Assalamu'alaikum, mohon maaf Pak, saya terlambat. Harus bagaimana sekarang?)
"Wa'alaikumsalam. Yowis rapopo, gek ndang golek panggon sing mbok rumangsa pas. Oleh njajal-njajal sik, bebas." Jawab seorang yang bersuara tadi. (translate : Wa'alaikumsalam. Yaudah gak papa, segera cari tempat yang kamu rasa cocok. Boleh coba-coba dulu, bebas.)
Ya, mungkin itulah kesan awal dari Pak Guru terhadapku. Murid yang datang terlambat di hari pertama latihan.
#100kata8 #Day1
@ariffsetiawan