Quantcast
Channel: A Train of Thought
Viewing all articles
Browse latest Browse all 302

Perjalanan Singapura dan Malaysia Part 2

$
0
0

Lanjutan dari kisah sebelumnya. Jadi setelah kami sampai di hotel, bagaimana caranya kami bisa numpang?

Di hotel itu untuk bisa naik lift dan masuk ke kamar harus pake kartu dengan kapasitas maksimal kamar 2 orang. Karena kami posisi bertiga maka kami masuk berdua dulu, satu nunggu di bawah. Setelah masuk kamar baru satu lagi jemput ke bawah buat berdua naik lift.

Dan ini diulangi juga ketika dua orang terakhir sampai hotel. Dan akhirnya satu kamar dipake buat berlima.

Langsung ngrampok air anget pula.

Astaghfirullah, penjahat banget ya? Maafkan kami, saat itu. hahaha.

Hari 2 


Hari berikutnya jalan-jalan di Singapura berjalan normal seperti wisatawan-wisatawan normal lainnya. 

Diawali dengan sarapan murtabak kemudian naik MRT dari Bugis ke Downtown, Esplanade kawasan Merlion, Marina Bay hingga Gardens by The Bay.

Sarapan Murtabak

Typical jalanan Singapore di pagi hari

Selfie dulu, jaman belum make monopod

Halo Downtown

Enjoy Singapore
Jorok-jorokan, haha

Halo Merlion

Aslinya crowded + panas banget di sini

Landmark buat majang olahragawan Singapore yg berprestasi

Menuju Marina Bay



Mallnya rapi dan ga crowded ya?

Tim Sumbing at Gardens by The Bay



Dirgahayu RI, kebetulan waktu itu pas 17 Agustus
Kawasan wisata di Singapura terutama di sekitar Merlion ini memang sudah didesain integrated yang bisa ditempuh dengan berjalan kaki dan bisa langsung menuju Stasiun MRT di bawah tanah. Jadi wisatawan ga perlu bingung-bingung lagi, tinggal ikuti petunjuk dan persiapan stamina buat jalan kaki. Keren ya?

Sore harinya kami langsung menuju ke Melaka via Larkin (sepertinya ini terminal paling dekat dengan perbatasan Singapore - Malaysia) menggunakan Causeway Link, bus dengan jurusan Singapore - Malaysia. Bus kami berangkat dari kawasan Queen Street, tak lupa berpamitan dulu dengan Mas Saleh yang sudah mau ngasih "tumpangan"nya, thanks berat ya. Ini pertama kalinya juga saya naik bus yang harus turun dulu dan diperiksa paspornya di imigrasi. 

Perbatasan Singapura - Malaysia

Capek mz? haha

Larkin Sentral
Ternyata Larkin Sentral itu mirip terminal bus di Jakarta pemirsa, bedanya cuma kualitas bisnya lebih bagus sama terminalnya lebih bersih. Ini pertama kalinya saya naik bus yang formasi kursinya 2-1, padahal bukan kelas eksekutif. Lagi-lagi pertama kali, ndeso tenan ya? Biarlah, haha.

Ini kapan Indonesia bisa kayak gini coba? pfft.

Penyebab hestek #tripMesra di instagram :))

Ambil RM buat jaga-jaga, haha

Menuju Melaka \o/
Dari Larkin ke Melaka, kami menggunakan Causeway Link juga, perjalanan sekitar 3 jam. 

Sampai di Melaka, kami mencoba untuk menuju ke Jonker Street dengan jalan kaki, yang ternyata ndak ketemu, akhirnya kami menyerah dan memutuskan untuk naik teksi. Dan ternyata emang masih jauh. Fyi, teksi di Malaysia konon katanya lebih malah jika menggunakan argo lho, aneh ya? haha. 



Oiya, Jonker Street itu kayak Braganya Bandung, pas malam hari ada semacam culinary night juga, bedanya di sana makanannya belum tentu halal. Maka dari itu, untuk antisipasi kami cuma bisa jajan kentang goreng. 

Landmark Jonker Street

Becak Malaysia

Jajan sik bos, muka udah kucel banget, wkwk
Sampai di kawasan Jonker Street, masalah belum berakhir. Kami belum punya tempat menginap. Memang rencana awalnya pengen go show si. 

Setelah muter-muter nyari penginapan yang harganya pas di dompet dan ga ketemu-ketemu, padahal udah capek banget, akhirnya kami diantarkan sama salah satu pemilik penginapan ke hostel yang sekamar bisa berbanyakan, yang punya orang India.

Tetep pake drama ya? haha.

Masih ada cerita selanjutnya, tunggu part 3 nya, heheu.


@ariffsetiawan


Viewing all articles
Browse latest Browse all 302