Selepas dari kawasan Gunung Padang dan batalnya rencana ke curug, kami akhirnya memutuskan untuk wisata kuliner saja di Kota Cianjur. Sebelum berangkat saya sudah mempersiapkan referensi dan kebetulan dapet artikel yang cukup lengkap tentang kuliner Cianjur.
Khazanah kuliner pertama yang ingin kami cari sebenarnya adalah Geco Nusasari di pertigaan jalan Siti Jenab dan Jalan Siliwangi yang merupakan Geco tertua yang ada di Cianjur.
Geco adalah hidangan sepinggan yang terdiri dari irisan ketupat, rebusan tauge, mie sagu, dengan siraman bumbu tauco yang pekat dengan irisan daun bawang , bawang putih , kecap dan tomat. Toppingnya adalah irisan kentang goreng, tahu goreng ditemani kerupuk sagu.
Namun, setelah sampai di kawasan itu ternyata jualannya hanya di siang hari. Akhirnya kami memutuskan untuk istirahat dan ibadah di Masjid Agung Cianjur terlebih dahulu kemudian beralih ke Sate Maranggi.
Sate Maranggi yang kami tuju adalah Sate Maranggi Warujajar yang ada di kawasan Jl. KH Hasyim Ashari dekat dengan Jl. Arif Rahman Hakim dengan jarak yang lumayan dari kawasan Masjid Agung.
Setelah sampai tujuan, ternyata tempatnya sederhana dan tidak terlalu besar, walaupun di pinggir jalan. Sempat sedikit bingung juga nyarinya karena kurang kentara tulisan Sate Maranggi Warujajar nya, heheu.
Antri dulu, warungnya rame~ |
Siap santap makan malam |
Sate Maranggi + Ketan Bakar |
Sate Maranggi + Nasi Uduk |
Katanya si daging satenya direndam terlebih dahulu sehingga seratnya menjadi berwarna kemerahan. Selain itu juga aroma ketumbar dan lengkuas yang kuat menjadi ciri khas.
Sayangnya ada temen kami yang ternyata ga bisa makan daging, jadinya cuma pesen ketan bakar saja, huahaha.
Tertarik untuk mencoba? Silahkan berkunjung ke Cianjur :D
@ariffsetiawan