Apa saja yang ada di benak kalian jika diberikan pertanyaan tentang Papua?
Pantai dan Gugusan Kepulauan yang menawan? Spot diving yang nomor wahid di dunia? Resort dengan suasana sempurna untuk berlibur? Atau tentang Tambang Emasnya yang penuh dengan kontroversi?
Bumi Papua |
Pernahkah ada di benak kalian pertama kali tentang bagaimana kehidupan masyarakat di pulau besar di ujung timur Indonesia itu?
How do they make a living? How they spend their life?
Sebenarnya sudah menjadi rahasia umum bahwa ada yang namanya kesenjangan pembangunan di negara Indonesia ini. Bagian barat mungkin memang bisa dikatakan lebih `tersentuh` dari Indonesia bagian timur sana, terutama Provinsi Papua ini.
Tentang Honai
Honai Tradisional Papua |
Mungkin bagi saya yang notabene anak orang Jawa tulen hanya mengenal istilah ini dari buku sejarah di sekolah dulu, atau dari liputan di televisi. Sekarang mungkin sudah agak mendingan dengan adanya internet informasinya lebih bisa dicari dengan mudah.
Honai sendiri merupakan rumah tradisional orang Papua, yang bentuknya menyerupai dome (kubah) dengan bagian atas mengerucut. Atapnya ditutupi dengan alang-alang. Umumnya terdiri dari 2 lantai, diameternya 5 hingga 7 meter. Honai untuk pria dan wanita berbeda, untuk wanita biasanya berukuran lebih kecil.
Honai dibuat sedemikian rupa oleh warga Papua sejak dulu, untuk melindungi tubuh dari udara dingin (kondisi alam Papua memang dikelilingi oleh pegunungan). Namun, sebenarnya masih ada sedikit kekurangan, yaitu tidak adanya jendela/ventilasi sehingga bisa mendatangkan penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas). Sedangkan di dalamnya terdapat tungku kayu api yang menyala semalam suntuk dan mengeluarkan asap untuk memberikan kehangatan, mengusir dingin dan mengusir nyamuk. Pintunya juga kecil, karena di desain untuk menghindari binatang buas.
Program Honai Sehat
Melihat kondisi tempat tinggal masyarakat Papua, terutama yang masih di tempat terpencil dan masih menggunakan Honai, di awal tahun 2013, Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) bekerja sama dengan dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman (Puslitbangkim) Kementerian Pekerjaan Umum (PU) sudah menjalankan Produk Litbang yang dinamakan HOSE (Honai Sehat). Produk ini merupakan salah satu wujud penerapan IPTEK untuk mengatasi permasalahan di bidang Pekerjaan Umum.
Apa sebenarnya Program Ini?
Hose adalah rancangan model honai sehat yang merupakan transformasi dari Homese dengan memperkenalkan teknik yang lebih modern dan hunian yang lebih sehat.
Apa bedanya dengan Honai tradisional sebelumnya?
Hose memadukan antara unsur seni arsitektur Honai tradisional yang dipadukan dengan arsitektur modern tetapi tidak menghilangkan unsur keasliannya, seperti :
- Sudah dilengkapi dengan cerobong asap.
- Komponen jendela peletakannya satu poros dengan pintu sehingga memungkinkan terjadi ventilasi silang.
- Dimensi bukaan (jendela dan pintu) mempertimbangkan syarat rumah sehat.
- Pembuatan jendela menggunakan teknik sederhana yang dapat digeser.
- Memiliki sistem kamar.
- Dimensi bangunan menggunakan ukuran orang lokal.
Masalah yang Terjadi
Sebenarnya program seperti ini bukanlah program yang sangat baru, mengingat di tahun 2005 dan 2010 sudah pernah diadakan pembangunan Honai Menuju Sehat (Homese), sayangnya lagi-lagi terdapat beberapa masalah dalam implementasinya, terutama kebiasaan masyarakat setempat yang masih kental dan sulit diajak untuk berpindah ke Honai Sehat. Selain itu juga masalah dukungan dana pembangunan dari APBD maupun APBN.
Sebagai WNI, saya sangat mendukung Program HOSE dari Kementerian PU ini agar bisa diimplementasikan secara lebih baik lagi, mengingat Papua merupakan salah satu bagian penting Indonesia yang keberadaannya harus dijaga.
Terlebih Honai sendiri memiliki memiliki peran mengajarkan dan membesarkan anak-anak Papua untuk menghargai dan mencintai alam dan arti kehidupan, serta hubungan timbal balik antara manusia dengan alam sekitar maupun dengan sang pencipta.
Semoga dengan dijalankannya program ini dapat meningkatkan kualitas hidup serta membantu masyarakat Papua yang tinggal di daerah pedalaman untuk dapat memiliki rumah layak huni.
@ariffsetiawan
Pustaka :