Quantcast
Channel: A Train of Thought

Tebing Keraton Bandung

$
0
0


Sekitar 4 bulan yang lalu, saya dan teman-teman menyempatkan diri untuk berkunjung ke salah satu tempat yang lagi hitz di Bandung, yaitu Tebing Keraton. Tempat yang bisa menyajikan hamparan hutan di antara kabut tebal di pagi hari.

Tebing Keraton ini ada di kawasan Taman Hutan Raya Juanda atau lebih dikenal sebagai Tahura.

Kami berangkat dari sekitar Terusan Buah Batu menggunakan sepeda motor ditambah dengan bumbu ngaret, makanya tidak berekspektasi tinggi buat liat pemandangan istimewa seperti foto yang banyak beredar di website atau media sosial, hahaha.


Langsung menuju pusat kota Bandung, kemudian bertolak ke arah utara menuju Ciburial (Dago Pakar), kemudian ke arah Tahura Djuanda hingga Warung Bandrek. Oiya, Warung Bandrek ini adalah salah satu pos perhentian buat yang hobi bersepeda di area Bandung Utara. Saya dan teman-teman saya juga pernah bersepeda sampai Warban ini, heheu. 


Istirahat dan Minum Bandrek, di Warung Bandrek
Setelah cukup istirahat, kami melanjutkan perjalanan langsung menuju lokasi Tebing Keraton (mungkin sekarang udah jelas petunjuk bagaimana ke sananya, atau tanya penduduk sekitar kalau masih kurang jelas) yang jalannya lumayan menanjak, saya yang kala itu masih menggunakan Vespa terpaksa mengeluarkan effort yang lebih untuk sampai ke lokasi daripada yang lain, haha.

Sampai di sana langsung parkir dulu, dan ternyata tiket masuknya adalah Rp 11.000. Jengjeng, bagi saya ini termasuk mahal karena untuk ukuran wisata alam yang cuma satu tebing sepertinya kurang, hehe.

Berikut dokumentasi di mana kabutnya sudah hilang setelah ditinggal ngaret dan minum bandrek dulu, hahaha.

Tebing Keraton menjelang siang hari :))

Nashir, Saya, Ridho, Jessie, Yudhi, Mas Hanif, Mas Adjiexx

Founder 1cak.com at Tebing Keraton
Oiya, bagi yang belum tau, yang punya, yang buat atau istilah kerennya foundernya 1cak.com ini orangnya, biasanya pake nickname adjiexx, haha. Masnya ini kakak kelas kuliah saya, pernah satu tempat kerja juga, jago banget kalo soal programming pokoknya.

Untuk yang pengen tau lebih jelas lagi ini ada sejarah dan video tentang Tebing Keraton ini. 




@ariffsetiawan


Soto Ayam Dalbe Jogja

$
0
0

Awal tahun 2015 saya isi dengan menikmati libur seminggu dari tempat kerja. Salah satunya adalah main ke Jogja. Ke Jogja itu cuma sekitar 1,5 jam dari rumah saya di Purworejo.

Pas tau posisi saya lagi di Jogja, ada salah satu temen dari PK 18 LPDP yang menghubungi, namanya Iskandar, trus ngajak ketemuan. Oke baiklah. Akhirnya kita ketemuan di Bundaran UGM, saya naik motor dari tempat nginep saya di Jalan Kaliurang km 11.

Setelah ketemu langsung aja keceplosan mau ngobrol, langsung saja saya potong "Yuklah sambil makan kita, haha". 

Akhirnya dia ngajak ke tempat makan soto favoritnya. Namanya Soto Ayam Pak Dalbe. Lokasinya sekitar 100 meter dari perempatan Jalan Jendral Sudirman dan Jalan Cik Di Tiro. Wujud warungnya si kecil (keliatan kan di foto di atas?), semacam memanfaatkan gang yang udah ga dipake lagi, tapi warungnya ruame banget. Terutama pas jam sarapan sama makan siang, itu sampe mejanya di extend ke trotoar di bawah pohon beringin.

Ko' bisa si?

Lha ya jelas to ya jawabannya, apalagi kalo bukan karena sotonya emang enak.


Soto Pak Dalbe
Sotonya bening kecoklatan dengan rasa yang manis udah pasti seger banget buat sarapan, khas soto di daerah Jawa. Dan untuk bisa menikmati soto ini seperti porsi di atas kalian cuma harus bawa minimal uang Rp 10.000. Buat tambahannya bisa unlimited, hahaha. Murah pol kan? Sangat bersahabat dengan kantong siapapun.

Monggo kalau posisi lagi di Jogja, bisa langsung cari dan dicoba sendiri.

@ariffsetiawan

Push Ads dari Telkom Speedy

$
0
0

Sebenernya kali ini saya ingin menyampaikan unek-unek saya sebagai pelanggan Telkom Speedy, yaitu tentang `Gangguan` Push Ads. Meskipun ada di ToSnya layanan Telkom Speedy, tapi menurut saya ini adalah termasuk sebuah pemaksaan yang tidak baik. Konon katanya digunakan untuk melakukan tracking kebiasaan pelanggan selama berselancar di dunia maya. Script advertising yang dilakukan oleh pihak Telkom melalui jaringan Speedy ini secara tidak langsung bisa digolongkan sebagai adware atau spyware.

Speedy adalah layanan berbayar, pelanggan membayar tarif bulanan atas layanan internet yang dipakai, bukan untuk melihat iklan. Apalagi iklannya bisa merusak kecepatan pemakaian internet (nambah lemot) atau bahkan tampilan website. Bayangkan saja sebelum kita mengakses website kita harus mengakses juga domain yang berisi iklannya Telkom ini.

Yang jelas informasi tentang Push Ads ini sangat minim, tapi efeknya cukup luar biasa menurut saya. Berkaitan dengan hak konsumen, ibarat memasang adsense di web client yang kita buat.

Kebetulan saya seorang web developer, jadi cukup sering membuat website. Memang hal ini terjadi pada web yang menggunakan protokol http saja, tidak pada https. Tapi ya masa iya kita harus beli sertifikat ssl dulu buat menghindari hal-hal seperti ini?

Ini contoh efek langsung yang saya rasakan. Sisipan script Push ads Telkom Speedy ini sudah berada pada level merusak tampilan website.
InfoGedung.Net diakses dengan Non-Speedy

InfoGedung.Net diakses dengan Speedy


Ini wujud script sisipannya

Bagaimana solusinya? 

Ada beberapa cara seperti menggunakan VPN, SSH Tunneling, dan membuat rule blocklist pada router. Lebih jelasnya ada di sini.

Alternatif yang lebih baiknya? Ganti! hahaha.

Sebenernya sudah lama ingin ganti layanan internet dari Speedy ini, tapi karena nasib layanan lain belum bisa masuk ke kawasan kosan, jadi aja masih pasrah. Insya Allah bakal langsung ganti jika sudah bisa ganti, heheu. Ini Speedy kosanku, gimana punyamu? :P


@ariffsetiawan




Kehilangan Orang Tua

$
0
0

Sesungguhnya adalah sesuatu yang pasti, ya nggak?

Iya.

Tapi siapa yang mau jika ditanya mau kapan orang tua mereka diambil oleh-Nya?

Sayangnya saya sudah pernah mengalami salah satunya sekitar 10 tahun yang lalu. Ibuk saya meninggal karena sakit penyumbatan pembuluh darah otak. Karena di desa mungkin kurang bisa ditangani dengan canggih, dan waktu itu saya masih ga tau apa-apa soal penyakit seperti ini. Pernah saya ceritakan di sini.

Setengah tahun terakhir ini beberapa orang yang bisa dikatakan cukup dekat dengan saya juga mengalami hal yang sama. Mulai dari Mbak Risna yang Bapaknya meninggal di bulan September 2014 lalu, Mas Yogiek yang Ibunya meninggal sekitar dua minggu yang lalu dan terakhir Kak Gema yang Bapaknya meninggal dua hari setelah Ibu Mas Yogiek (kebetulan saya dateng ke pemakamannya karena di Bandung).

Otomatis saya mah keingetan dan terkadang masih berandai-andai kalau saja ibuk masih ada. Tapi ya gimana, life must go on kan ya? Dengan atau tanpa orang tua kita (ini prosesnya lama banget bagi saya buat realize yang kayak gini). Mungkin kalo algoritma ini permasalahan yang kompleksitasnya paling tinggi.

Sekarang yang bisa dilakukan ya apalagi kalau bukan selalu mendoakan agar orang tua kita diberikan tempat terbaik di sisi-Nya dan selalu berbakti pada orang tua kita yang masih ada.

Tiada cara lain yang lebih baik lagi, begitu bukan teman?


@ariffsetiawan 




Perjalanan ke Baduy Dalam

$
0
0

Leuit, Lumbung Padi khas Baduy

Perjalanan ini sebenernya udah lumayan lama, tepatnya akhir Agustus 2014, kesimpen di draft juga lama, haha. Maklum yang punya blog agak sibuk di pertengahan hingga akhir tahun 2014.

Perjalanan ini termasuk perjalanan hore karena ikutan open trip Wisata Budaya ke Suku Baduy di pedalaman Banten. Jadi we cuma sediain uang buat bayar ke panitia sama janjian mau ngumpul di mana, haha.

Stasiun Rangkasbitung
Kami berangkat bareng-bareng dari Stasiun Duri, Jakarta dengan Kereta Api tujuan Merak hingga ke Stasiun Rangkasbitung (harga tiketnya Rp 5.000). Untuk menuju ke Baduy harus menempuh sekitar 40 km dari Rangkas menggunakan Elf.

Baduy terbagi menjadi 2, yaitu Baduy Luar dan Baduy Dalam. Baduy berasal dari kata Badawi atau Bedoin yang diberikan oleh seorang peneliti Belanda. Namun, karena aksen warga setempat, kata tersebut pada akhirnya bergeser menjadi kata Baduy. Suku Baduy masih memegang adat istiadat seperti menggukanakan pakaian hitam putih, ikat kepala dan tanpa alas kaki serta masih sedikit terisolasi dari dunia luar dan budaya modern (seperti belum menggunakan listrik).


Pintu Masuk Baduy
Pintu masuknya di daerah Ciboleger. Dari sini, kita hanya bisa meneruskan perjalanan dengan berjalan kaki sekitar 3 jam, mengikuti budaya Suku Baduy yang kemana-mana juga jalan kaki. Perjalanan diwarnai dengan naik turun bukit, jembatan bambu dan Leuit (lumbung padi khas Suku Baduy).






Perbedaan dari Baduy Luar dan Baduy dalam adalah Baduy Luar sudah mulai terpengaruh dengan budaya luar wilayah Baduy, sedangkan Baduy Dalam masih sangat kuat unsur kesukuannya. Namun tipe rumahnya masih sama menggunakan kayu, bambu dan atap jerami. Di wilayah Baduy Luar masih diperbolehan untuk mengambil foto, sedangkan di Baduy Dalam sudah tidak bisa. Yang kalian lihat di postingan ini semuanya adalah wilayah Baduy Luar.

Salah satu produk dari Suku Baduy ini adalah kain tenun. Selama di sana, kami banyak menemukan wanita-wanita Baduy sendang sibuk menenun di teras rumah mereka.

Tenun Baduy
Sampai di Baduy Dalam, kami langsung disiapkan untuk menginap di salah satu rumah warga. Di Baduy Dalam ini tidak ada listrik, sehingga alat penerangan menggunakan obor dan sudah mulai ada senter beberapa tahun terakhir ini. 
Biasanya para pengunjung membawa bahan makanan sendiri untuk dikonsumsi di sana agar tidak merepotkan warga di sana dan makanan tambahan untuk diberikan kepada warga sebagai tanda terima kasih telah memberikan tumpangan.

Mandi pun masih di sungai dan tanpa menggunakan bahan kimia seperti sabun dan shampoo, tujuannya agar tidak mencemari lingkungan.

Trus apalagi yang ada di Baduy Dalam? 

Masih banyak, kalian bisa ke sana sendiri buat cari tau ya, haha.

Setelah menginap semalam, rombongan langsung bersiap pulang dengan jalan kaki (lagi) dengan jalur yang berbeda dengan jalur kedatangan. Salah satu yang terkenal di jalur pulang ini adalah landmark Jembatan Akar Baduy.

Jembatan Akar





Setelah sampai di pos penjemputan elf, rombongan gantian mandi terlebih dahulu sebelum meneruskan perjalanan ke Ciboleger dan Rangkasbitung. Salah satu hal unik yang saya dan teman-teman alami adalah walaupun di rumah yang sudah cukup modern tapi kamar mandinya ga pakai pintu, kebayang ga gimana cara kami mandi? hahaha.

Dari Rangkasbitung kami naik kereta tujuan Angke dengan tarif tiket Rp 2.000, istimewa ya? Padahal itu jauhnya alaihim.

Terima kasih Baduy atas sambutannya, terima kasih juga pada panitia open tripnya. See you next trip! :D


@ariffsetiawan


Museum Ullen Sentalu

$
0
0

Awal tahun 2015 ini saya dan teman-teman kuliah sempet buat wisata budaya ke Museum Ullen Sentalu, setelah menghadiri acara nikahannya temen kuliah di Klaten.


Museum Ullen Sentalu lokasinya di daerah Kaliurang, Sleman, Yogyakarta. Jika dari Jogja kota, ikuti aja Jalan Kaliurang ke arah atas hingga ketemu petunjuk jalan ke museum ini. Searah sama Museum Gunung Merapi.

Nama Ullen Sentalu merupakan singkatan dari bahasa Jawa: “ULating bLENcong SEjatiNe TAtaraning LUmaku” yang artinya adalah “Nyala lampu blencong merupakan petunjuk manusia dalam melangkah dan meniti kehidupan”. Filsafah ini diambil dari sebuah lampu minyak yang dipergunakan dalam pertunjukkan wayang kulit (blencong) yang merupakan cahaya yang selalu bergerak untuk mengarahkan dan menerangi perjalanan hidup kita.
Isi dari museum ini adalah budaya dan kehidupan para bangsawan Dinasti Mataram (Kasunanan Surakarta, Kesultanan Yogyakarta, Praja Mangkunegaran, dan Kadipaten Pakualaman) beserta koleksi bermacam-macam batik (baik gaya Yogyakarta maupun Surakarta), tokoh raja-raja beserta permaisurinya dengan berbagai macam pakaian yang dikenakan sehari-harinya, serta dapat diketahui bagaimana para leluhur Jawa membuat batik yang memiliki arti dan makna yang mendalam di dalam setiap coraknya. Ada juga berbagai sejarah mengenai keadaan budaya Jawa kuno dengan segala aturannya.

Museum ini didirikan oleh salah seorang bangsawan Yogyakarta yang dikenal sangat dekat dengan keluarga keraton Surakarta dan Yogyakarta.

Keadaan museum mampu membuat pengunjung seperti terserap ke masa Jawa kuno yang mengagumkan, ditambah dengan udara sejuk karena lokasinya sudah termasuk di dataran tinggi di kaki Gunung Merapi.


Tiket masuk ke museum ini adalah Rp 30.000. Sudah dapet penjelasan dari mbak-mbak guide yang ramah dan minuman spesial yaitu Ratu Mas. Minuman dengan resep rahasia dari 7 bahan alami ini dipercaya bisa memberi kesehatan dan awet muda.

Minuman Ratu Mas
Sangat recommendedlah buat yang suka sejarah dan wisata budaya, serta bisa digunakan buat alternatif wisata bagi yang sudah bosan sama Kraton atau Benteng Vredeburg ketika berkunjung ke Jogja, hehe.


Oiya, perlu diketahui bahwa di museum ini dilarang mengambil gambar demi kepentingan didirikannya museum, kecuali di pintu masuk dan pintu keluar. Gambar pertama dan terakhir adalah gambar yang diambil di dekat pintu keluar. Gambar museum diambil dari Google.

"Tak mungkin orang dapat mencintai negeri dan bangsanya, kalau orang tak mengenal kertas-kertas tentangnya. Kalau dia tak mengenal sejarahnya. - Pramoedya Ananta Toer"


@ariffsetiawan


Rumah Makan Sambel Layah

$
0
0

Akhir tahun 2014 lalu saya sempat main di Jogja dan nginep di tempat temen di daerah Jalan Kaliurang Km 11.

Nah, dari temen itu saya baru tau kalau di Jalan Kaliurang Km 8 ada satu Rumah Makan yang cukup menarik perhatian. Namanya Rumah Makan Sambel Layah

Trus kenapa?

Coba lihat saja daftar harga makanan di sana, untuk level rumah makan pinggir jalan seperti Jalan Kaliurang ini harga di bawah Rp 10.000 adalah termasuk dalam kategori istimewa, udah kayak harga warteg aja. Malah terkadang warteg aja udah lebih dari Rp 10.000 kan ya? haha.

Menu andalan di rumah makan ini adalah Lele Terbang yang udah sepaket sama Nasi Putih + Tempe Goreng + Sambel + Lalapan + Es Teh Manis Jumbo dan harganya adalah Rp 8.500. Mungkin ini emang yang best sellernya, hahaha. Secara anak sekolah juga mampu beli kalau ini mah.

Nah, dengan harga segitu gimana dengan rasanya?

Waduh, ga usah tanya, walaupun harganya di bawah rata-rata tapi rasanya bener-bener nglawuhi kata orang Jawa mah, bikin pengen nambah lagi, hahaha.


Lele Terbang
Oiya, kenapa menunya dinamakan Lele Terbang? 
Karena ikan lelenya digoreng kering dan cara penyajiannya dengan mengiris daging lele dan dibuka ke samping hingga berbentuk seperti sayap. Inovasinya lumayan lah ya.

Selain lele, masih ada menu lainnya seperti Ayam Goreng, Udang Goreng Tepung, Babat Gongso, Cumi Goreng Tepung, dll. 

Untuk sambel ada beberapa jenis sambal yang jadi andalan, yaitu sambel lombok ijo, sambel bledeg, sambel lamongan, sambel tempe, dan sambel tlenjeng.

Untuk minumannya ada es teler, soup buah, es sarang burung, es campur, es kolak stup, dan aneka jus.

Banyak kan? 

Daripada bingung mending langsung nyobain sendiri ke sana, haha. 

Dan kalau udah nyampe sana jangan kaget kalau parkirnya gampang, karena biasanya outlet rumah makan ini punya tempat yang luas.



Untuk Jogja sudah ada beberapa cabang, yaitu di Jl. Godean Km 5, Jl. Babarsari Condongcatur (Timur SPBU Babarsari) dan Jl. Kaliurang Km 8. Selain Jogja, masih ada beberapa kota lain juga cabangnya seperti di Purwokerto, Pekalongan, Kendal, dll.

Selamat mencoba :D


@ariffsetiawan


Undur-Undur Laut

$
0
0

Masih dari cerita liburan tahun baru.

Salah satu hal yang khas di keluarga saya jika hari libur adalah piknik ke pantai. Ngumpul dulu di simbah kemudian tinggal jalan kaki ke pantainya, karena memang simbah tinggalnya di pesisir selatan Pulau Jawa, tepatnya di Kecamatan Grabag, Kabupaten Purworejo. 

Pantai yang dikunjungi bukanlah pantai yang sudah terkenal, tapi pantai yang tak bernama, ibarat pantai pribadi jadinya, haha.

Di pantai yang seperti ini biasanya tidak ada apa-apa, paling cuma ladang semangka atau jagung sama beberapa orang mancing di laut. Tapi beberapa tahun terakhir ini sudah mulai dimanfaatkan sebagai tambak udang dan peternakan ayam.

Ladang Semangka

Tambak Udang
Satu hal yang khas lagi adalah kita ga cuma sekedar berkunjung ke pantai trus main air, tapi sambil nyari yang namanya Undur-Undur Laut. Salah satu spesies yang hidup di pesisir pantai pasir hitam. Hewan ini masih berkerabat dengan udang, kepiting, lobster, dan teritip. Bisa dimasak buat lauk atau cemilan (bisa digoreng langsung atau digoreng dalam bentuk peyek), rasanya gurih. Konon katanya hewan ini mengandung gizi yang bermanfaat untuk mengurangi depresi, haha.

Cara nyarinya gimana?

Gampang banget, bagi yang sudah ahli dan sejak lahir hidup di pesisir pantai kayak om saya, haha.

Amati saja garis pantai saat ombak datang dan pergi, dari sana akan terlihat gerakan di antara pasir-pasir atau gundukan kecil mirip dengan batu-batu hitam. Selanjutnya yang harus lakukan adalah mengingat-ingat dimana gerakan tersebut dan segera memburunya dengan tangan kosong tentunya (seperti menggali lubang). Biasanya undur-undur akan berada tak jauh dari tempat semula. Oiya, waktu terbaik untuk mencari undur-undur ini adalah disaat pagi hari setelah sunrise atau senja sebelum sunset.

Biasanya satu keluarga kami dibagi menjadi beberapa bagian, yang cowok-cowok berburu undur-undur ini, ibu-ibu bagian nangkep dan masukin ke plastik dan anak-anak kecilnya mainan pasir.


Biasanya kami berhenti mencari undur-undur setelah dapat satu plastik besar. Itu cukup buat lauk makan satu keluarga besar dan udah jadi cemilan malam sambil ngopi, heheu.

Undur Laut Goreng

Ya begitulah salah satu hal yang selalu saya rindukan jika mudik ke rumah, hehe.

Gimana dengan keluarga kalian? Ada kebiasaaan nyentrik juga ga? 


@ariffsetiawan






Pendakian Gunung Prau 2565 MDPL

$
0
0

Pemandangan yang sangat khas di Gunung Prau, yaitu bisa melihat Gunung Sindoro dan Sumbing dari bukit teletubbies.

Bulan September tahun 2014 lalu, saya dan teman-teman menyempatkan untuk melakukan perjalanan ke daerah Wonosobo (lagi). Kali ini kami akan melakukan pendakian ke Gunung Prau.

Dan lagi-lagi di perjalanan ini terdapat drama perjalanan yang lumayan epic sekaligus sedikit bikin kesel (yang nungguin), haha. Jadi ceritanya ada yang berangkat dari Bandung dan Jakarta. Yang dari Bandung udah sampai di Terminal Mendolo sejak subuh, saya dari Bandung ke Purworejo dulu buat jemput adik saya. Oiya ini perjalanan pertama saya naik gunung bareng adik. Sampai di Terminal Mendolo sekitar jam 8 pagi. Nah, yang dari Jakarta ini terpisah jadi 2, yang satu dari Lebak Bulus, yang satunya dari Rawamangun. Yang dari Lebak Bulus dateng sekitar jam 10 pagi dan yang dari Rawamangun baru nyampe sekitar jam 2 siang karena bisnya malah lewat Kebumen dulu, yang kemudian mereka turun Prembun dan sambung bis kecil ke Wonosobo via Wadaslintang. Padahal rencana mau nanjak siang hari. Ya sudahlah, haha.

Dari Terminal Mendolo kami menuju Basecamp Gunung Prau dengan carter angkot ke arah Dieng (tanya aja sopirnya, biasanya udah hafal). Setelah mengisi daftar pendakian dan mendapatkan peta, kami sempatkan buat mengisi perut terlebih dahulu.


Di Depan Basecamp

Peta Gunung Prau

Setelah siap, kami langsung memulai pendakian. Perjalanan awal hingga Pos 1 Sikut Dewo melewati pemukiman dan perkebunan warga. Jalan berupa jalan bebatuan. Dari Pos 1 ke Pos 2 Canggal Walangan jalanan sudah jalan tanah yang mulai menyempit dan berdebu.

Menuju Pos 1 Sikut Dewo

Menuju Pos 2 Canggal Walangan

Pos 2 Canggal Walangan

Jarak dari Pos 1 ke Pos 2 lumayan dekat, sehingga kami istirahat langsung di Pos 2. Dari Pos 2 menuju Pos 3 Cacingan jalan mulai menanjak dengan kemiringan yang lumayan. Kami juga cuma istirahat sebentar di sini, kemudian langsung melanjutkan perjalanan ke Pos 4 Pelawangan. Dan ternyata tidak ada jalanan datar lagi hingga puncak, haha. Tapi satu yang pasti bikin semangat, kami mendaki ditemani oleh sunset dan awan-awan yang sudah mulai berada di bawah kami.

Menuju Pos 3 Cacingan

Menuju Pos 4 Pelawangan

Jalan menanjak dan berdebu

Lihat apa mas?

Owh.. lihat ini 

Singkat cerita, kami sampai puncak sudah mulai petang dan langsung mendirikan tenda. Puncak Gunung Prau ini sangat luas jadi bisa menampung puluhan tenda.

Setelah tenda siap, seperti biasa kami langsung persiapan masak-masak, karena sudah pasti kelaparan juga. Setelah beres makan, kami sempat main UNO dulu buat menghabiskan waktu dan ketika suhu udara sudah mulai dingin-dingannya di situlah saatnya buat tidur, haha. Dan di saat itulah Fahmy yang emang fotografer bangun buat hunting foto di malam hari, yang lainnya mah lanjut tidur, haha.

Selamat Malam
Paginya? You will have one of the best sunrise you ever see. Emang juaralah sunrise di daerah Dieng mah. Mau foto pose apapun juga jadi bagus.

Selamat Pagi

Bebaslah mau pose apa juga, haha

Sunrise Hunter

The F30

Damai Indonesia

Masih sempet bawa toga :))

Bukit Teletubbies
Setelah puas menikmati sunrise di sini hingga berasa panasnya, kami langsung bersiap untuk bergegas turun gunung. Di saat turun gunung inilah ada satu suguhan pemandangan yang menarik lagi, yaitu Telaga Warna yang sangat menarik perhatian, subhanallah.

Puncak Prau 2565 MDPL
Telaga Warna
Dan seperti biasa pula, track tersulit ketika turun gunung adalah di penghujung perjalanan yang berupa jalan bebatuan, karena kaki sudah mulai lelah dan jari-jarinya berbenturan dengan sepatu atau kulit kaki yang mulai lecet bergesekan dengan tali sandal.

Sampai di Basecamp, kami langsung lapor dan kembali menuju Wonosobo dengan bis kecil. Sampai di Wonosobo jika masih ada waktu pastikan kalian mencoba Mie Ongklok dan Es Carica karena rasanya bakal jadi enak banget setelah naik gunung, beuh!

Terima kasih Prau, Dieng, Wonosobo, sampai jumpa di lain kesempatan.

Thanks for reading.

“One’s destination is never a place, but a new way of seeing things.” – Henry Miller


@ariffsetiawan

Calzone Express Jogja

$
0
0


Sambil naik motor keliling Jogja di sore hari, saya dan teman saya sebut saja Hugo akhirnya mendarat di salah satu tempat ngemil di Jogja, namanya Calzone Express. Lokasi di Jl. Cendrawasih no.3, Demangan, Yogyakarta.

Karena dari namanya yang "Express" maka konsep yang ditawarkan juga cepat. Mulai dari waktu penyajian yang tidak lama (kalau sepi) dan tempatnya tidak terlalu besar.



Menu yang ditawarkan juga sesuai dengan namanya, yaitu Calzone. Calzone itu seperti pizza tapi dilipat, jika pizza isinya kelihatan, maka calzone bentuknya jadi seperti pastel tapi gede. 

Harganya? Yang namanya di Jogja mah pasti bisa bikin kaget, haha. Yang kayak begini harganya flat Rp 15.000. Ya meskipun dari menunya ga ada yang kelihatan nyeleneh, standar seperti pizza-pizza biasanya.


Ada 2 jenis calzone yang bisa dipesan, yaitu panggang dan goreng.

Minumannya juga di bawah Rp 10.000 semua, heheheu.

Mantep kan? 

Monggo kalau lagi di Jogja bisa mampir ke sini kalau mau menambah khazanah jajanannya.

Selamat Mencoba! :D


@ariffsetiawan


Gudeg Batas Kota Jogja

$
0
0

Kalau ngomongin soal gudeg pasti kita ingat dengan Kota Jogja, karena memang dua hal ini seperti tak bisa dipisahkan antara satu sama lain. 

Di Jogja, yang namanya orang jualan gudeg itu bisa ditemui hampir di setiap sudut kotanya. Mulai yang dari yang sudah berbentuk ruko hingga simbok-simbok yang di pinggir jalan.

Nah, satu warung gudeg yang cukup femes di sana adalah Gudeg Batas Kota. Lokasinya di Jalan Solo dekat dengan Batas Kota Yogyakarta dengan Kabupaten Sleman. Bukanya cuma malam hari sekitar jam 9 malam hingga subuh. Dan karena udah terkenal ya pas ke sana pas antrinya panjang, haha. Tapi meskipun sudah terkenal bentuknya masih warung lesehan di depan ruko.



Untuk satu porsinya sekitar Rp 20.000. Termasuk mahal untuk makanan di daerah Jogja, tapi dengan harga itu udah worthed banget ko', karena emang enak dan empuk gudegnya. Apalagi dikombinasikan dengan teh anget atau jeruk anget, beuh!

Favorit saya adalah pake lauk tambahan kepala ayam + sambel krecek, habis itu dijamin tidur nyenyak *uopo iki, hahaha.

Pokoknya coba sempetin deh kalau ke Jogja malemnya main ke Jalan Solo dan cari gudeg ini di sekitar Gapura Batas Kota.

Selamat Mencoba! :D

@ariffsetiawan

Refleksi 2014

$
0
0


Sebenernya judul postingan ini sudah ada di draft sejak awal tahun ini tentunya, tapi tanpa terasa tiba-tiba udah bulan April aja, hahaha. Mau diterusin harus dibersihin dulu sarang laba-labanya. Tadinya si pengen bikin postingan ala-ala kaleidoskop review tahun lalu gitu. Tapi yasudahlah, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali (biar kelihatan kayak blogger konsisten).

2014, Google sudah mencatat beberapa kejadian penting seperti Euphoria World Cup, Virus Ebola, Tragedi MH370, dll. Nah, saya juga ternyata ada beberapa catatan pribadi yang boleh dikatakan jadi salah satu tahun life turning point saya, hehe.

Masih Banyak Ngetrip

Alhamdulillah, masih diberi kesempatan buat menyalurkan hobi ga bisa diem di kosan lama-lama. Beberapa liputannya udah bisa dilihat di sini sebenernya, tapi ada yang masih mengendap di draft juga. Setelah direview ternyata hampir tiap bulan ada trip, kacau, haha.

  • Pendakian Gunung Sumbing 3371 MDPL : Ini dilakukan pas banget sama tahun baru, pertama kalinyalah melewatkan malem tahun baru di ketinggian 3000an MDPL sambil dengerin curhatan anak-anak SMA di tenda sebelah, haha.
  • Road Trip ke Waduk Sermo : Ini pas saya mudik, trus sendirian di rumah, anggota keluarga yang lain sekolah sama kerja. Yaudah daripada nganggur jadinya random aja naik motor sampe Kulon Progo.
  • Pendakian Gunung Manglayang 1818 MDPL : Ini perjalanan yang random abis si, cuma gara-gara sesumbar di Twitter. Walaupun gunungnya ga tinggi, tapi jalurnya terjal abis, haha.
  • Krakatau Trip : Kalau yang ini perjalanan hore banget. Soalnya pake travel agent, tinggal bawa barang pribadi dan hal-hal ga penting lainnya.
  • Dufan Trip : Ini trip gratis dari instansi tempat kerja kala itu.
  • Trip Situs Megalitikum Gunung Padang Cianjur : Ini bareng tim hore yang hampir sama pas ke Manglayang, carter mobil dari Cikarang trus pake ke Bandung dulu baru ke Cianjur.
  • Nonton Running Man di GBK! : Ini juga random banget, momen impulsif selain nonton konser ONE OK ROCK, haha.
  • Mudik Hore : Ini acara mudik bareng kombinasi rombongan Jawa Tengah & Jawa Timur yang akhirnya pake kereta Matarmaja yang tiketnya cuma Rp 65.000 dari Jakarta Pasar Senen hingga Malang Kota Baru.
  • Candi Ratu Boko : Reuni Geng Berisik pas lebaran, tapi cuma saya, Whe dan Mbak Tia yang abis balik dari Italy.
  • Trip Singapore - Malaysia : Ini perjalanan pertama saya si ke dua negeri jiran itu. Gara-gara diracunin sama @anggisipahutar & @whe_green, yang kemudian menyertakan @undeedz juga di sini. Liputannya masih mengendap di draft, haha.
  • Trip Baduy Dalam : Ini another trip pake travel agent juga si. Pertama kali ke Stasiun Duri dan naik kereta Jakarta - Merak yang tiketnya Rp 5.000 sama kereta Rangkasbitung - Angke yang tiketnya cuma Rp 2.000, haha.
  • Pendakian Gunung Prau 2565 MDPL : Another trip with rombongan trip hore. Salah satu trip yang paling banyak dramanya, haha. Pertama kali ngajakin adik saya juga buat naik gunung.
  • Trip Tebing Keraton Bandung : Gara-gara penasaran sama salah satu tempat yang lagi hitz di Bandung kala itu, tapi sayang sekarang udah rame dan mahal pula untuk ukuran tempat kayak gitu.
  • Trip ke Kantor Tokopedia : Gara-gara dapet invitation buat ikutan Tokopedia Tech Talk si ini ke daerah Kebon Jeruk sana.
  • Trip Singapore (lagi) : Ini pas akhir tahun buat ikutan Hackatron Asia. Pertama kalinya ikutan acara hackathon di luar Indonesia.

Anak Vespa

Kepikiran buat bawa Vespa andalan punya Bapak ke Bandung. Akhirnya jadi anak vespa, tapi lama-lama ga kuat ngerawatnya dan di penghujung tahun 2014 diputuskan untuk bawa balik lagi ke Purworejo dan ganti pake yang lain, haha.

  • Vespa Trip Purworejo - Bandung : Kalau biasanya naik motor bebek/matic bisa habis sekitar 8-9 liter bahan bakar, saya pake vespa bisa habis sekitar 10 liter buat menempuh jarak sekitar 336 km.
  • Kisah Sesama Pengendara Vespa : Ini yang paling epic si, diminta tolong sama orang tak dikenal gara-gara sama-sama pake Vespa, emang rasa persaudaraannya gede bangetlah, pas di jalan juga sering banget saling sapa.
  • Pengalaman dengan Vespa : Hal-hal semacam ini yang jadi salah-satu faktor yang saya rasa harus berhenti dulu pake Vespa, hehe. Masalahnya saya ga serajin dan setelaten Bapak buat merawatnya.

Hackathon

Bisa dikatakan sejak tahun 2012 saya selalu ada ikut acara Hackathon (istilah singkat buat kompetisi coding selama 24 jam). Nah, tahun 2014 ini sempet ikutan 2 kali kalau ga salah, yaitu Hacakhon Pemilu API di Bandung Digital Valley sama Hackatron Asia di Le Danz Singapore. Tapi ga pernah menang lagi, hahaha. Menang cuma pas pertama di Hackaton Startup Asia Bandung 2012. Tapi experience yang didapat luar biasa pastinya. Paling nyata adalah dapet kenalan trus ngoding bareng dadakan sama stranger, dua kali. 

Kerja di Startup

Bulan Juni adalah salah satu life turning point saya dimana saya memutuskan untuk pindah kerja. Sudah lama saya pengen banget berkecimpung di dunia startup, setelah cukup strugling bikin produk from scratch dan ikut kompetisi sana-sini ga dapet-dapet invesment . 

Nah, pas bulan Mei ada yang tiba-tiba ngajakin buat jadi tim yang bikin produk startup yang sudah siap difunding. Sebut saja produknya Wavoo, online dating apps yang cita-citanya pengen saingan sama Tinder. Difundingnya sama Mountain Kejora Ventures yang kantor pusatnya di Swiss. Saya gabung di posisi Backend & API Developer. 

Efek dari saya kerja di startup berpengaruh banget buat kehidupan saya, serius. Banyak banget hal-hal baru yang saya pelajari, technical maupun non-technical. Saya bertemu dengan teman kerja dan orang-orang yang passionate banget buat bikin dan mengembangkan awsm produk. Jadi ga berasa sebagai workaholic, tapi bisa menempatkan kerjaan sebagaimana porsinya dan mencapai target. Disitulah saya merasa, wow, this is how we works man! 

Kita juga bisa kerja di multi produk atau bahkan multi company. The power of networking!

Saat ini, selain di Wavoo saya juga gabung dengan tim Bitdoku sebagai Front End Developer. Di tim ini juga banyak hal baru yang dipelajari. Bikin produk cuma berdua bener-bener from scratch (walaupun pake framework). Paling ekstrim si pernah bikin hackathon sendiri sampe tidur cuma 2 jam gara-gara esok hari webnya mau dipakai di acara Startup Asia 2014 di Plaza Bapindo lalu, haha.

Lalu, bagaimana kondisi sekarang di tahun 2015?

Kami masih terus melakukan improvement produk dan pengembangan tim. Tim Wavoo yang tadinya cuma bertiga (CEO + Designer, CTO + iOS Dev, Backend Dev), udah berempat di akhir tahun 2014 (nambah Android Dev), sekarang udah bertujuh (nambah Designer + Business Dev). Tim Bitdoku yang tadinya cuma berempat sekarang sudah berlima nambah 1 fulltime developer.

Kelanjutannya?

Saya juga masih belum tau dan masih penasaran juga. Yang jelas saya masih passionate banget di dunia kayak gini. Ya walaupun bakal (mungkin) kurang bikin bangga orang tua pas ditanyain kerja di mana tapi saya masih ingin memenuhi rasa penasaran soal perjalanan startup, dengan catatan saya punya saham di sana.

Sekolah Lagi

Nah, ini juga salah satu life turning point lagi, haha. Mulai Agustus 2014 saya resmi jadi Mahasiswa S2 Informatika ITB, peminatannya Teknologi Media dan Piranti Bergerak. Terima kasih yang tak terhingga buat tempat kerja saya yang telah mengijinkan saya buat kerja remote sambil kuliah. Ga tau mau mengekspresikan rasa terima kasihnya gimana, yang pasti porsi kerja saya terbagi sama ngerjain tugas kuliah yang seabrek juga. 

Banyak yang nanya kenapa saya malah lanjut kuliah lagi. Padahal kan saya orangnya teknis sekali, ga akademis banget. Pasti banyak yang berpikir kalau kuliah S2 itu mau jadi dosen ya? Kalian pasti belum baca postingan Mas Walesa ini. Malah jadi bawa-bawa postingan temen, hahaha.

Ya emang si, sebenernya ada salah satu faktor ikut-ikutan temen, tapi pada akhirnya setelah alhamdulillah dapet beasiswa + lihat materi kuliah yang lumayan menarik, entah kenapa jadi ada semangat. Buat belajar lagi.

Dan itu terbukti. Banyak hal baru yang saya dapat dari sekolah lagi.

Tadinya saya yang cuma Web Developer biasa, sekarang mulai belajar Game Development, Mobile Apps Development, Arsitektur Sistem hingga Wearable Device yang up to date. Kalau sekarang mungkin namanya kekinian, haha.

Sekarang sudah masuk akhir semester kedua dan sudah mulai ditodong sama proposal Tesis. Doakan lancar ya nyusun tesisnya supaya bisa lulus tepat waktu atau bahkan bisa lebih cepet.


***


Mungkin itu dulu sedikit refleksi tahun 2014 saya, semoga tahun 2015 dapat lebih baik lagi, aamiin.

Thanks for reading.


"Life isn't about finding yourself. Life is about creating yourself. " - George Bernard Shaw


@ariffsetiawan

Bakso Barbel Agung Hercules

$
0
0

Bakso mungkin bukan lagi makanan khas dari suatu kota tertentu, karena memang hampir setiap kota di Indonesia pasti ada yang jualan makanan ini. Namun, di Bandung ada satu kedai bakso yang menyajikan baksonya dengan cukup unik.

Namanya Bakso Barbel Agung Hercules. Lokasinya di Jalan Riau 205, Bandung (sebelahnya Sushi Tei). 

Selain sajian baksonya yang unik berbentuk barbel, dekorasi tempatnya pun menggunakan tema yang sama, yaitu penuh dengan barbel. Mulai dari kursi, meja, mangkok, wadah saos dan wadah bumbunya. Brandingnya cukup oke ya? Emang yang punya Mas Agung Hercules penyanyi dangdut yang populer lewat lagu Astutinya.


Mangkok Barbel

Wadah Saos Barbel

Saya dan temen-temen F30 ke sini sekitar bulan Januari lalu, katanya si sudah lama, tapi saya baru tau sekitar bulan Desemberan, makanya menyempatkan ke sini sambil menyambut member yang baru balik dari Dubai.

Bakso Barbel

Untuk satu porsi bakso harganya relatif, tergantung kita mau makan apa aja, karena harganya satuan per item. Kalau saran saya si siapkan aja minimal Rp 25.000 untuk makan di sini, udah bisa sama es teh dengan harga segitu. Sedangkan untuk masalah rasa worthed lah dengan budget segitu, karena emang enak baksonya, ga cuma jual nama aja ko', hehe.

Penasaran?

Mangga kalau lagi ke Bandung trus lewat Jalan Riau (R.E Martadinata) mungkin bisa langsung dicoba sendiri.


@ariffsetiawan

Tokopedia Tech Talk

$
0
0


Pertengahan bulan Desember tahun lalu (ternyata udah lama, haha). Saya dan Kak Gema dapet invitation buat ikutan Tech Talk Pertama yang diadakan oleh Tokopedia, salah satu startup legendaris Indonesia karena dapet funding sekitar 1 T. Tentunya kami adalah perwakilan developernya Wavoo, heheu.

Acaranya diadakan di kantornya Tokopedia, di daerah Kebon Jeruk, Jakarta Barat.

Karena namanya Tech Talk maka yang dateng adalah para technical guy dari berbagai perusahaan. Materinya juga tentang hal-hal yang cukup teknis.


Materi pertama mengenai “How Accessible is Your Service?” oleh Andika Kurniantoro (Technical Engineer Tokopedia). Materi ini membahas isu yang kerap muncul dalam availability sebuah web/service. Istilah Layer 8 : Politik di industri teknologi Indonesia ini saya dapatkan dari materi ini, haha.

Materi kedua adalah mengenai “Chasing The High: How to scale as an engineer, manager and human” yang dibawakan Anandamoy Roychowdhary – Vice President of Technology dari Sequoia Capital. Membahas betapa pentingnya suatu perusahaan mempunyai budaya yang bisa diikuti oleh semua orang yang ada di perusahaan tersebut, termasuk para engineer. Contoh budaya yang dimiliki Facebook: Move fast and break things. Budaya Google: Don’t be evil.

Selain membicarakan hal teknis juga ada sesi networking dan games, yang bikin acara jadi lebih asik.


Thanks buat invitationnya, it was great to share experience with you all. Semoga di episode selanjutnya acaranya lebih seru, ditunggu lho, hehe.

@ariffsetiawan 




Lawangwangi Creative Space Bandung

$
0
0


Saya sebenernya punya sekumpulan temen yang dinamakan The F30. Temen-temen yang paling gampang buat diajak berpetualang dan mendaki gunung, ciye berpetualang :)). Dinamakan seperti itu karena markasnya di rumah Blok F No. 30, daaan udah terlalu sering kita malem mingguan bareng, bisa cek hestek #MalmingF30 di Instagram. Ga usah buka! Kayak penting aja :)). 

Setelah beres makan di Bakso Barbel, rencananya kami mau ke Lawangwangi Creative Space, yang lokasinya di daerah Dago Giri. Jika dari arah Jalan Juanda, setelah Terminal Dago nanti ada percabangan ke atas (kanan) dan ke bawah (kiri). Ambil yang ke arah kiri, karena yang ke kanan adalah menuju Dago Pakar. Ikutin aja jalannya sampai ada tulisan Lawangwangi.

Sebelum langsung ke sana kami sempat berhenti dulu di markasnya Whatever Indonesia di deket Dipati Ukur buat meninjau tempat yang mungkin rencananya mau disewa buat kantornya Walesa dan timnya. Sambil nunggu Bagas dari Jakarta yang dijemput sama Angga. Officially malem minggu kala itu jadinya Malming F30 and friends, apeeuuu, haha.

Whatever Store

Whatever Coffee
Kami juga sempat numpang sholat di Masjid Kampus Unpad. (riya apa pencitraan ini? bebaslah ya, wkwk)

Setelah itu kami langsung cabut pake motor. Tapi karena lumayan macet jalanan, yang rencananya mau lihat sunset di Lawangwangi jadinya gagal, haha. Karena pas sampai di sana udah penuh sama orang dan kalau buat foto udah ga kece lagi. Jadinya diputuskan ntar-ntar aja fotonya.

Ekspektasi

Realita

Akhirnya kami cuma main di Art Spacenya. 

Art Space
Bagi balon om...
Isi dari Art Space di sini diganti secara berkala (edisi bulanan kalau ga salah). Hasil karyanya ada yang dari seniman Indonesia hingga seniman mancanegara lho. Dan emang bagus-bagus si, kalau kata anak sekarang instagram-able banget pokoknya. Kebetulan pas kemarin kita ketemu salah satu senimannya, tapi lupa namanya, maaf mas :(.

Nah, untuk foto-foto di landmark yang ada di teras atas itu ternyata harus masuk ke kafenya terlebih dahulu maka langsung bookinglah kami tempat buat makan di kafenya, mumpung masih ada tempat.

Mau malem mingguan apa mau main futsal? Cowok semua :))
Seperti biasa sambil makan kami ngobrol ngalor-ngidul sambil ngobrolin aplikasi, pfft.

Overall, tempatnya lumayan bagus tapi dengan syarat kesininya harus siang hari, jadi pas sore harinya udah nangkring sama ambil gambar.

Tertarik? Mangga kalau lagi ke Bandung bisa mampir, usahakan jangan weekend, karena daerahnya rentan macet.

Selamat Mencoba! :D


@ariffsetiawan


Selamat Ulang Tahun Mbak Medina Kamil

$
0
0

Halo Mbak Medina Kamil, perkenalkan nama saya Arif Setiawan mbak. Saya emang bukan siapa-siapa mbak, cuma follower twitter sama instagramnya mbak sejak jaman kapan tahun, mungkin sejak pertama mbak muncul di Jejak Petualang. Mungkin yang kayak gini bisa dikatakan sebagai fans ya? haha.

Pertama kali saya lihat langsung Mbak Medina itu pas ada acara di kampus, itupun mbak di panggung dan saya cuma peserta yang duduk di kursi penonton sambil curi-curi foto dikit, haha.

Beda dengan mbak yang sudah melanglangbuana keliling Indonesia, saya mah cuma orang yang bisa jalan saat weekend dan kerja saat weekdays yang kebetulan suka sama gunung, pantai dan tetek bengek yang hampir sama dengan apa yang mbak lakukan, kecuali sama ular dan atau binatang-binatang lainnya, saya ndak seberani itu. Sama kucing aja saya jiper, haha.

Hari ini kalau ndak salah Mbak Medina lagi ulang tahun ya?

Pertama-tama saya ucapkan selamat ulang tahun mbak, selamat bertambah usia, semoga sehat dan sukses selalu. Iya saya tau ini karena di timeline twitter saya banyak yang ngucapin selamat ke mbak. Bentuk ucapannya juga macem-macem banget. Kalau saya lihat-lihat ada yang pake lukisan, tulisan di atas gunung hingga tulisan macam spanduk underwater dan hal-hal aneh lain yang mungkin bisa bikin mbaknya senyam-senyum sumringah seharian, ya kan? haha.

Oiya, kalau ndak salah juga akhir bulan Maret lalu mbak habis nikah ya? 

Selamat menempuh hidup baru ya mbak, semoga bahagia dan langgeng sama mas yang beruntung itu, hehe. 

Tau ga mbak, gitu tau mbaknya nikah itu saya langsung ngtweet, untung follower saya sedikit jadinya yang retweet juga sedikit, mungkin kalau follower saya ribuan yang retweet pasti udah ga terhitung, yang kemungkinan besar adalah barisan sakit hati setelah tau kabar itu, hahaha.

Itu yang temen-temen saya yang cowok mbak.

Kalau temen-temen saya yang cewek beda lagi, ada yang pake alat-alat outdoor yang seperti mbak pajang di instagram atau sampe ngikutin pose yoga mbak pas foto-foto, haha.

Mungkin itu dulu dari saya, pokoknya selamat buat mbaknya. Semoga tetap masih berpetualang dan menginspirasi.

Salam dari saya yang masih berharap bisa sekadar foto atau bahkan ngetrip bareng mbak dan walaupun mbak udah nikah saya masih tetap jadi follower mbak ko' (njuk ngopo? hahaha).


@ariffsetiawan

Hot Cui Mie Malang

$
0
0

Awal bulan Februari lalu saya akhirnya ke Malang lagi setelah sekian lama, terakhir tahun 2012 kalau ga salah. Salah satu yang paling diinget adalah makan tahu campur, itu gara-gara abis dari Coban Rondo sama Jatim Park 2 jadinya enak banget. Kalau dulu cuma berlima, kali ini kita berbanyakan karena bakal ke nikahan Reli & Ikhsan di Kediri. Ada si Adi, Riezan, Iki, Feby, Cirul dan tuan rumah Nashir. 

Salah satu hal yang enak di Malang adalah ada rumahnya si Nashir buat transit, temen kuliah sejak 2007, temen kosan sejak tahun 2010 dan akhir-akhir ini temen buat mesen pake mtix, hahaha.

Sebenernya kami ingin merasakan salah satu khazanah kuliner Malang, yaitu Pecel Kawi. Tapi sayangnya udah ga ada lagi, ternyata hanya jualan pas siang hari, dan kami nyarinya pas udah malem. Akhirnya kami muter-muter bentar di Jalan Kawi berbeloklah ke salah satu warung Cui Mie ini. Namanya Hot Cui Mie, lokasinya di Jalan Kawi juga.

Apa si sebenernya Cui Mie ini?

Yang orang Malang pastinya sudah sangat familiar ya?

Sebenernya Cui Mie ini ya kayak Mie Ayam biasa (lah ternyata, haha), tapi bedanya ayamnya dicincang halus jadi kayak abon, ga sehalus abon juga si. Selain itu, Cui Mie menggunakan selada sebagai pengganti sawi serta memakai acar timun dan cabe sebagai pengganti sambal.

Menu Makanan

Menu Minuman

Karena udah datang jauh-jauh dari Bandung ke Malang kami memesan yang paling special di sini, haha (padahal mesti males mikir + keburu laper).

Cui Mie Special
Untuk menu tambahannya juga bisa request, biasanya kalau menu yang kayak gini saya demen banget buat ditambah sama ceker, sayang waktu itu lagi abis.

Buat rasanya menurut saya hampir sama kayak Mie Baso Akung di Bandung, bedanya kalau di sini ada acarnya. Buat range harganya tentunya lebih murah.

Boleh dicobalah kalau lagi kelaperan malem-malem di Malang.


@ariffsetiawan

Paralayang Gunung Banyak Malang

$
0
0

Setelah beres menikmati Cui Mie ada satu celetukan dari Nashir kalau ga salah. 

Eh, paralayang aja yuk besok.

Sontak beberapa dari kami saat itu langsung memasang muka mikir + pengen, haha. Ya emang (kalau saya) seumur-umur belum pernah paralayang, dan ditawari kesempatan yang langka ini.

Setelah melalu pertimbangan yang cukup panjang, akhirnya diputuskanlah untuk main paralayang sebelum kita ke Museum Angkut.

Pagi harinya kami langsung berangkat dari Joyo, Dinoyo dengan sewa motor terlebih dahulu di deket rumah Nashir (pas banget ga tu, udah ada transit rumah temen, deketnya ada sewa motor) menuju ke Batu dilanjut ke Gunung Banyak. 

Iya, lokasi paralayangnya di Gunung Banyak dengan ketinggian 1315 MDPL. Katanya si lebih tinggi 300 meter dari wahana paralayang lain yang ada di Bogor. 

Untuk sampai ke lokasi bisa menggunakan motor sampai atas. Kalau dari arah Kota Malang langsung saja menuju Kota Batu dan langsung menuju Kabupaten Malang, nanti di sisi jalan biasanya udah bisa lihat payung-payung besar yang beterbangan, nah alangkah baiknya nanya warga sekitar saja setelah itu, hehe.


Halo Malang!

Tarif untuk satu kali terbang adalah Rp 350.000, dengan durasi antara 8-15 menit tergantung angin dan drivernya dengan target satu titik pendaratan. Di Gunung Banyak ini hanya ada 13 driver dan sudah berlisensi. Dalam waktu sehari satu driver bisa terbang hingga 10 kali. Perlu diketahui bahwa driver yang boleh membawa terbang penumpang hanyalah driver yang berlisensi, jadi penumpang tidak boleh terbang sendiri. Tinggal duduk manis sesuai petunjuk dan konsentrasi pegang tongsis sama hp biar ga jatuh.

\o/

Driver

Sok-sokan pasang muka santai :))
Sensasi pertama terbang tentu saja sangat istimewa dan mengundang adrenalin rush, heheheu. Tapi setelah stabil bakal asik banget ko'. Dan kemungkinan besar bikin nagih, apalagi kalau lebih murah lagi, hahaha.




Oiya, dari biaya yang kita bayarkan tersebut sudah termasuk sertifikat dan ongkos penjemputan ojek buat membawa balik kita dari bawah ke atas lagi.

Thanks, Gunung Banyak & crew!

Dari atas sana kita dapat jelas banget melihat hamparan Kota Batu dan Kota Malang yang dikelilingi oleh pegunungan, sayang waktu itu ada sedikit mendung, jadinya langitnya ga semuanya biru. Padahal bakal mantep banget dokumentasinya sebenarnya.

Gimana? Pengen nyoba juga?

Silahkan kalau lagi mau berkunjung ke Malang mungkin bisa dijadikan salah satu agenda. Alokasinya sekitar setengah harianlah, karena terbangnya juga antri.

Salam Penerbang! (apeuuu)

"Experience, travel - these are as education in themselves." - Euripides


@ariffsetiawan

Sop Kaki Kambing Tebet

$
0
0

Minggu lalu saya menghabiskan paruh akhir minggu di Jakarta. Ga seperti biasanya, kali itu saya diajakin nginep di daerah Tebet, tempatnya mahasiswa yang lagi magang di Wavoo, haha.

Nah, karena rumah CEO Wavoo juga di Tebet maka saya dan CTO Wavoo bisa nebeng ke sana. Alhasil jadi pengen makan bareng dan direkomendasikanlah Sop Kaki Kambing yang konon katanya terkenal di daerah Tebet ini. Namanya Sop Kaki Kambing Estu Rame. Biasanya yang bikin warung dengan nama-nama kayak gini orang Jawa ujung-ujungnya, ya ga?

Lokasinya di Jalan Tebet Barat Dalam Raya No. 118. Khasnya si pake tenda oranye (cari aja yang kayak gambar di atas, heheu), ga terlalu besar tapi yang mau beli ruame banget, bahkan katanya udah ada yang antri sebelum warungnya buka. Istimewa. Siap-siap aja antri sekitar 15-30 menit sebelum makan, heheu.


Estu Rame tenan...

Menu istimewa di sini adalah sop-sopan mulai dari kaki kambing, mata, hingga berbagai jeroan sama sate. Proses bikin menunya langsung di depan kita, jadi siap-siap aja lihat bapak-bapak pake tangan kosong motong-motong bahannya (tinggal berdoa bapaknya udah cuci tangan, wkwk).



Karena saya baru pertama kali ke sini makanya pesennya yang sop campur aja, biar ngerasain semua. Dan menu yang disajikan masih lumayan kental bau kambingnya, yang agak-agak prengus gitu, rawr.. haha. Ditambah susu yang lumayan jadi bikin gurih banget. Porsinya banyak, sambelnya juga ga pedes, mantaplah pokoknya!

Sok Kaki Kambing Campur
Harganya?

Nah, soal harga ini sebenernya ada cerita unik. Tadinya kami diajakin ke sini gara-gara katanya harganya cuma Rp 25.000 udah dapet porsi gede, ternyata pas dihitung sama penjualnya Sop Campur 3 porsi + 2 Es Teh + 1 Teh Manis totalnya Rp 155.000 yang artinya satu porsinya Rp 45.000. Jadi ya siapin aja duit yang lumayan kalau ke sini. Warung tenda harga foodcourt mall, haha. Tapi worthed ko' buat membayar rasanya.

Penasaran? Bisalah dicoba kalau lagi di Tebet dan bingung mau kuliner apa.

Selamat mencoba! :D


@ariffsetiawan 

Perjalanan Singapura dan Malaysia Part 1

$
0
0

Perjalanan ini termasuk salah satu perjalanan yang cukup banyak dramanya si. Mulai dari berangkat sampai baliknya, haha. Di awalnya udah ricuh di group WhatsApp soal jadi enggaknya, pas pesen tiket dan penentuan itinerary hingga klimaksnya ketinggalan paspor di Bandung padahal berangkat dari Jakarta. Untung ada yang berangkat dari Bandung, ckck. 

Selain perjalanan ke luar negeri pertama (saya), perjalanan ini juga termasuk dadakan dan cuma berempat, lanang kabeh, jan niat! :)) (WheKak Angsoph, Andit dan Saya)

Yang dua orang entah dari kapan udah beli tiket, yang dua sisanya baru beli H-1 bulan. Alhasil kami bertolak dari bandara Soekarno - Hatta di hari yang sama dengan maskapai dan jam keberangkatan yang berbeda. Tiba di Changi Airport tentunya berbeda pula.

Sebelum berangkat tentunya persiapan bekal dulu dong, yaitu uang Dollar Singapura sama Ringgit Malaysia. 


Sebelum berangkat ini pun pake diputer-puterin dulu sama sopir Taksi Express yang konon katanya ga gitu tau jalan, pfft.

Hari 1

Halo Sumatra
Halo Singapore
Welcome to Changi

Karena perbedaan keberangkatan tadi, saya dan Andit sampai terlebih dahulu di Singapura. Sebelumnya kami sudah sempat menghubungi Mas Saleh yang kebetulan lagi dinas di sana dan tinggalnya di hotel di daerah Bugis. Yang tak lain tak bukan menjadi tujuan kami buat numpang dengan membawa upeti berupa ind*mie, hahaha.

MRT self service, Indonesia kapan?

Tiket MRT, berlaku diskon setiap 3 & 6 trip
Saya dan Andit menuju Bugis terlebih dahulu dengan menggunakan MRT. Turun di stasiun di bawah Bugis Junction persis. Nah, saat itulah saya benar-benar menggunakan aplikasi Foursquare yang baru buat nyari tempat yang recommended untuk dikunjungi. Dan ternyata (kadang) memang berguna lho, apalagi jika kita baru pertama kali berkunjung ke suatu tempat. 

Sesuai rekomendasi aplikasi dan menurut kami paling memungkinkan, akhirnya ke Fountain of Wealth untuk beristirahat dan menghabiskan waktu sambil menunggu yang akan kami tumpangi bisa dihubungi.

Fountain of Wealth


Setelah bertemu di kawasan Victoria Street, kami menuju hotel. Ini di bagian hotel dan drama malam harinya kayaknya ga usah diceritain, karena sebenarnya hotelnya tidak boleh buat ditumpangi, hahaha. Indonesia banget ik, mengatasnamakan pengiritan. Selain itu, masih ada drama terdamparnya dua peserta terakhir yang ga bisa menghubungi kami yang udah di hotel dikarenakan masalah internet. Sampe akhirnya bisa ketemu sampe malem banget. Pokoknya bisa bikin marmos kalau mau mah, hahaha.

Terdampar mz?

Itu sedikit cerita dari hanya soal keberangkatannya, aja, wkwk.

Cerita selanjutnya lanjut di part 2 ntar ya.

Stay tune and thanks for reading :D.


@ariffsetiawan


Perjalanan Singapura dan Malaysia Part 2

$
0
0

Lanjutan dari kisah sebelumnya. Jadi setelah kami sampai di hotel, bagaimana caranya kami bisa numpang?

Di hotel itu untuk bisa naik lift dan masuk ke kamar harus pake kartu dengan kapasitas maksimal kamar 2 orang. Karena kami posisi bertiga maka kami masuk berdua dulu, satu nunggu di bawah. Setelah masuk kamar baru satu lagi jemput ke bawah buat berdua naik lift.

Dan ini diulangi juga ketika dua orang terakhir sampai hotel. Dan akhirnya satu kamar dipake buat berlima.

Langsung ngrampok air anget pula.

Astaghfirullah, penjahat banget ya? Maafkan kami, saat itu. hahaha.

Hari 2 


Hari berikutnya jalan-jalan di Singapura berjalan normal seperti wisatawan-wisatawan normal lainnya. 

Diawali dengan sarapan murtabak kemudian naik MRT dari Bugis ke Downtown, Esplanade kawasan Merlion, Marina Bay hingga Gardens by The Bay.

Sarapan Murtabak

Typical jalanan Singapore di pagi hari

Selfie dulu, jaman belum make monopod

Halo Downtown

Enjoy Singapore
Jorok-jorokan, haha

Halo Merlion

Aslinya crowded + panas banget di sini

Landmark buat majang olahragawan Singapore yg berprestasi

Menuju Marina Bay



Mallnya rapi dan ga crowded ya?

Tim Sumbing at Gardens by The Bay



Dirgahayu RI, kebetulan waktu itu pas 17 Agustus
Kawasan wisata di Singapura terutama di sekitar Merlion ini memang sudah didesain integrated yang bisa ditempuh dengan berjalan kaki dan bisa langsung menuju Stasiun MRT di bawah tanah. Jadi wisatawan ga perlu bingung-bingung lagi, tinggal ikuti petunjuk dan persiapan stamina buat jalan kaki. Keren ya?

Sore harinya kami langsung menuju ke Melaka via Larkin (sepertinya ini terminal paling dekat dengan perbatasan Singapore - Malaysia) menggunakan Causeway Link, bus dengan jurusan Singapore - Malaysia. Bus kami berangkat dari kawasan Queen Street, tak lupa berpamitan dulu dengan Mas Saleh yang sudah mau ngasih "tumpangan"nya, thanks berat ya. Ini pertama kalinya juga saya naik bus yang harus turun dulu dan diperiksa paspornya di imigrasi. 

Perbatasan Singapura - Malaysia

Capek mz? haha

Larkin Sentral
Ternyata Larkin Sentral itu mirip terminal bus di Jakarta pemirsa, bedanya cuma kualitas bisnya lebih bagus sama terminalnya lebih bersih. Ini pertama kalinya saya naik bus yang formasi kursinya 2-1, padahal bukan kelas eksekutif. Lagi-lagi pertama kali, ndeso tenan ya? Biarlah, haha.

Ini kapan Indonesia bisa kayak gini coba? pfft.

Penyebab hestek #tripMesra di instagram :))

Ambil RM buat jaga-jaga, haha

Menuju Melaka \o/
Dari Larkin ke Melaka, kami menggunakan Causeway Link juga, perjalanan sekitar 3 jam. 

Sampai di Melaka, kami mencoba untuk menuju ke Jonker Street dengan jalan kaki, yang ternyata ndak ketemu, akhirnya kami menyerah dan memutuskan untuk naik teksi. Dan ternyata emang masih jauh. Fyi, teksi di Malaysia konon katanya lebih malah jika menggunakan argo lho, aneh ya? haha. 



Oiya, Jonker Street itu kayak Braganya Bandung, pas malam hari ada semacam culinary night juga, bedanya di sana makanannya belum tentu halal. Maka dari itu, untuk antisipasi kami cuma bisa jajan kentang goreng. 

Landmark Jonker Street

Becak Malaysia

Jajan sik bos, muka udah kucel banget, wkwk
Sampai di kawasan Jonker Street, masalah belum berakhir. Kami belum punya tempat menginap. Memang rencana awalnya pengen go show si. 

Setelah muter-muter nyari penginapan yang harganya pas di dompet dan ga ketemu-ketemu, padahal udah capek banget, akhirnya kami diantarkan sama salah satu pemilik penginapan ke hostel yang sekamar bisa berbanyakan, yang punya orang India.

Tetep pake drama ya? haha.

Masih ada cerita selanjutnya, tunggu part 3 nya, heheu.


@ariffsetiawan

Bakmi Jowo DU 67 Bandung

$
0
0

Kalau kamu adalah orang Jawa dan atau keturunan Jawa yang tinggal atau lagi main di Bandung dan kangen sama bakmi dengan citarasa Jawa yang khas, bisa banget mampir ke Bakmi Jowo DU 67. Salah satu penjual Bakmi Jowo khas Gunungkidul yang mantap rasanya, hehe.

Lokasinya di Jalan Dipati Ukur No. 67, tapi ga langsung di pinggir jalan, melainkan di ujung pertigaan dengan Jalan Multatuli, sebelah kiri jalan jika dari Dipati Ukur bawah. Agak nylempit dikitlah. Yang pertama kali ke sana pasti ga bisa langsung nemu, kayak saya ini. Padahal udah ga keitung berapa kali lewat Jalan Dipati Ukur.

Sebenernya saya sudah lama banget pengen ke sini, tapi baru sempet kali ini. Waktu itu lagi pengen makan siang sama Whe dan Doni yang lagi ngantor bareng di coworking spaceyang ada di kawasan Dipati Ukur juga.



Setelah sampai lokasi, emang suasananya njawani banget. Tempatnya menggunakan dinding anyaman bambu, semua kursi mejanya pake kayu, pegawainya pake baju batik semua dan selalu ada lantunan tembang jawa yang bisa menambah syahdu suasana, apalagi kalau lagi hujan, haha.

Tempat masak di depan pake arang 

Salah satu khasnya lagi adalah bakmi yang dimasak di sini dimasak menggunakan arang, yang tentunya hasilnya akan lebih nikmat dibandingkan dengan bakmi yang dimasak dengan kompor.

Bakmi Goreng
Menu utama di sini adalah Bakmi, Bihun (Goreng, Godhog, Nyemek), Nasi Goreng/Godhog/Mawut, Capcay Goreng/Godhog. Bisa nambah dengan ayam suwir, ati ampela atau telur dadar, dll. Dan ternyata sejak tahun 2013 sudah ada menu baru Bistik Jawa (semur daging, galantin, kentang, telur bacem, sayuran).

Untuk harganya sudah berkisar di atas Rp 20.000 untuk setiap porsinya, memang sudah lumayan mahal ga seperti tahun sebelumnya, tapi terbayar ko' dengan rasa yang mantap (tapi cenderung manis masakannya karena khas Jawa).

Belum pernah ke sini atau jadi kangen ke sini lagi? Silahkan dicoba sendiri ya.


@ariffsetiawan 



Sate Maulana Yusuf Bandung

$
0
0

Saya ini terhitung sudah lumayan lama tinggal di Bandung, sejak 2007 hingga sekarang. Dan mungkin bisa dikatakan hampir tiap hari untuk setahun terakhir ini selalu lewat Jalan Maulana Yusuf buat berangkat kuliah atau kerja. Tapi seumur-umur belum pernah mampir ke warung sate yang terkenal ini, yaitu Sate Maulana Yusuf. Sesuai dengan lokasinya di Jalan Maulana Yusuf No. 21 Bandung (Belakang Butik Dukomsel).


Hampir sama pas ke Bakmi Jowo DU 67, saya ke sini bareng si Whe. Bedanya kali ini pas beres kerja buat makan malam.

Sebenarnya menu andalan di sini Sate Ayam, tapi entah kenapa saya dan Whe malah sama-sama pesen Sate Kambing, lagi pengen kambing aja si waktu itu. Dan enak, ga bau kambing banget sama potongan dagingnya lumayan gede dan ga pake lemak (gajih). Bumbu kacangnya aja udah enak banget baunya sebelum satenya dateng (ini mungkin emang gara-gara kelaperan abis ngoding seharian, haha). Ditambah kecap + bawang merah, beuh makin sedep.


Selain menu itu juga ada Soto, Gulai dan Sop dari daging ayam, kambing dan sapi. Paket Nasi Goreng Ayam juga ada. Untuk minumannya standar teh, es teh dan macem-macem jus.

Untuk harganya satu porsi Sate Kambing (10 tusuk) Rp 40.000. Konon katanya bisa pesen setengah porsi ternyata.

Silahkan bagi yang mau coba, wajib kalau lagi ke Bandung :D


@ariffsetiawan


High Quality Deadliner

$
0
0

Semester ini adalah semester kedua saya kuliah S2 di ITB. Nah, ada satu mata kuliah namanya Pengembangan Aplikasi Media Interaktif dimana di mata kuliah ini tidak ada yang namanya UTS sama UAS. Cuma ada satu project buat bikin produk, aplikasi secara individu alias ngoding dewe-dewe ga pandang bulu mau cewek atau cowok, haha. 

Dan mata kuliah ini adalah mata kuliah yang pesertanya campuran antara S1 dan S2 (mungkin jadi mata kuliah pilihan buat S1 tapi wajib bagi S2).

Pilihannya adalah pake Myo Armband, Intel Galileo, Leap Motion atau Intel Real Sense. Device masa kini bangetlah pokoknya. Karena devicenya seperti itu, hampir semuanya bikin game, walaupun sebenernya boleh juga bikin aplikasi interaktif atau 3D yang non-game. 

Oiya, selama saya kuliah di ITB juga saya amati di sini itu lumayan hype banget iklim game developmentnya, jadi mahasiswanya banyak yang jago (banget) pake Unity. Ga heran juga banyak yang bikin Game Studio setelah lulus dari sini.

Di awal perkuliahan dosennya (yang merupakan Co-Founder sebuah Game Studio juga) sempat menyinggung soal kebiasaan mahasiswa di ITB ini yang katanya merupakan high quality deadliner alias suka mengerjakan project di akhir-akhir.

Di pertengahan kuliah dosen masih sering mengingatkan agar projectnya dikerjakan sesuai jadwal, tapi ya namanya mahasiswa tau sendirilah gimana, haha.

Singkat cerita, tibalah minggu UAS dan sudah saatnya presentasi akhir dari project individu itu. Nah, ternyata emang beneran kejadian apa yang dikatakan dosen dahulu kala saat di awal pertemuan.

Ada beberapa mahasiswa yang tidak berhasil menyelesaikan project itu karena berbagai alasan, dan mereka ngaku salah satunya karena deadliner.

Yang bikin saya takjub adalah ada satu mahasiswa S1 yang deadliner juga, seminggu sebelum UAS belum bisa beres project yang sesuai proposalnya dan memutuskan untuk ganti bikin project baru. Awalnya dia menggunakan Leap Motion dan ganti ke Myo Armband buat bikin game Kamehameha (battle menggunakan 2 Myo yang dipake oleh 2 orang, pake deteksi value tegangan otot tangan kita buat menentukan tenaga kamehamenya) dan gamenya itu bisa jalan dikerjakan selama 4 hari, walaupun masih satu gameplay sederhana semacam prototype. Tapi itu udah bisa jadi salah satu game yang fun dan paling heboh dibandingkan yang lainnya.

Harus saya akui deh mahasiswa-mahasiswa S1 di ITB ini emang luar biasa, maap saya ndak kuat saingan sama makhluk-makhluk yang begitu, haha.

Mantep ya? Saya rasa di kampus-kampus Informatika lain di Indonesia masih sedikit banget yang iklim game developmentnya gede kayak di sini.

Semoga kampus lain juga ketularan ya.

Nanti kalau ada cerita menarik lagi dari kampus ini juga bakal saya share lagi. Thanks for reading.


@ariffsetiawan

Tugas Akhir yang Bermuara di Perpustakaan

$
0
0

Tugas Akhir.

Dua kata yang biasanya selalu menjadi momok (terutama) bagi mahasiswa teknik. Ya, karena dua kata inilah yang sangat menentukan status kelulusan seorang mahasiswa.

Bagi kami di Teknik Informatika, salah satu bagian yang paling menjadi beban biasanya adalah ketika harus membuat aplikasi atau produk sesuai dengan Tugas Akhir kita, dan sebagian besar adalah coding, walaupun ada juga beberapa yang tidak. Setelah itu baru membuat laporan beserta dengan analisisnya.

Satu hal yang sering muncul dalam benak saya adalah di perguruan-perguruan tinggi di Indonesia ini aplikasi atau produk-produk dari Tugas Akhir mahasiswa beserta dengan laporan ini biasanya hanya bermuara di perpustakaan kampus, itupun kadang pengorganisasian (indexing) nya kurang baik, sehingga bisa jadi tidak diketahui benar apa saja yang sudah menjadi penelitian atau tidak.

Nah, di perkuliahan saya semester ini (pernah saya singgung di postingan sebelumnya), ada satu dosen yang memberikan suatu sudut pandang lain tentang penelitian yang bisa dijadikan sebagai tugas akhir ini. Yaitu membuat produk yang bagus (robust) terlebih dahulu ketika kuliah, barulah ketika tingkat akhir melakukan penelitian scientific tentang salah satu aspek yang ada pada produk tersebut. 

Masih abstrak ya?

Misalnya gini. Ketika kuliah selama satu semester kemarin, kami diharuskan membuat satu produk secara individu dan ketika akhir semester produk tersebut harus bisa digunakan/dipakai. Salah satu teman saya membuat game Dart. Game yang kayak gini.

Dart
Kontrolnya menggunakan Myo Armband. Di game ini dibutuhkan adjusment untuk jalur lemparan yang berbentuk kurva dalam bidang 3D, sehingga efek lemparan yang dirasakan oleh pengguna menjadi mendekati realistis. Nah, proses adjusment inilah yang bisa dijadikan sebagai penelitian baru untuk Tugas Akhir atau bahkan Thesis, karena bisa menggunakan algoritma yang sesuai dengan persoalan tersebut.

Dengan begini ketika Tugas Akhir maka mahasiswa tidak perlu bingung-bingung lagi tentang aplikasi atau produk yang harus dibuat ketika tingkat akhir. Yang saya amati dan rasakan selama ini adalah ketika tiba saat Tugas Akhir maka sebagian besar akan membuat produknya dari 0.

Untuk source code juga bisa diunggah ke repository kampus, sehingga lebih mempermudah untuk penelitian selanjutnya.

Hal-hal seperti ini tentunya tidak akan bisa terwujud tanpa dukungan dari institusi dan dosen-dosen yang ada di institusi tersebut dan selama institusi pendidikan hanya mempunyai visi untuk mencetak mahasiswa dengan skill saja, belum pada level mencetak mahasiswa yang bisa membuat suatu produk yang nyata.

Itu salah satu hal yang ada di benak saya didukung dengan statement dari dosen di kelas, harapannya si perguruan-perguruan tinggi di Indonesia terutama yang mempunyai program studi Teknik Informatika dan atau sejenisnya bisa membuat produk kelas dunia yang benar-benar bisa dipakai dan bemanfaat. Karena jika saya lihat, sebenarnya penelitian-penelitian yang sudah ada sangatlah bagus-bagus untuk menjadi solusi berbagai permasalahan yang ada. Sayang banget kalau akhirnya cuma mengendap di perpustakaan.

Gimana? Ada komentar?


@ariffsetiawan





Latest Images

Vimeo 10.7.0 by Vimeo.com, Inc.

Vimeo 10.7.0 by Vimeo.com, Inc.

HANGAD

HANGAD

MAKAKAALAM

MAKAKAALAM

Doodle Jump 3.11.30 by Lima Sky LLC

Doodle Jump 3.11.30 by Lima Sky LLC

Doodle Jump 3.11.30 by Lima Sky LLC

Doodle Jump 3.11.30 by Lima Sky LLC

Vimeo 10.6.1 by Vimeo.com, Inc.

Vimeo 10.6.1 by Vimeo.com, Inc.